Second chance
Benar saja Jeon Wonwoo sudah ada tepat di depan Apartement miliknya, tentu dibantu Hoshi. Karena jalan saja laki-laki itu tak mampu, bagaimana bisa sampai ke Apartement Yerin dengan keadaan mabuk parah.
“Gue serahin ke lo, terserah lo mau apain ini anak. Lo mau geletakin dia disini aja juga gapapa, itu pun kalo lo tega. Gue pamit ya…” Hoshi menepuk kecil pundak Yerin setelah menggeletakan Wonwoo begitu saja di depan pintu Apartement milik Yerin.
Yerin meringis kesal, jangankan tega meninggalkan Wonwoo di depan pintu Apartement, gadis itu melihat Wonwoo sakit saja tidak mampu.
6 bulan dirinya menahan mati-matian tak mencari tau kabar sang mantan kekasih, menyibukkan diri dengan berbagai jadwalnya yang juga padat ternyata tak mampu mengikis cinta yang sudah bersemayam lama dalam hatinya.
Seberusaha keras apapun Yerin memangkas habis perasaannya, nyatanya Wonwoo tetap ada di dalam lubuk hati terkecilnya.
Perasaan itu tetap ada dan sama, tak pernah mengurang hanya terus bertambah.
“Ck, Jeon Wonwoo.” desisnya sembari mengangkat tubuh Wonwoo yang jauh dua kali lipat lebih besar dari tubuhnya, menuntun laki-laki itu masuk ke dalam Apartementnya, Apartement yang sudah tidak asing juga untuk Wonwoo.
Yerin merebahkan tubuh Wonwoo diatas kasur miliknya, melepaskan coat serta sepatu yang dikenakan oleh Wonwoo.
Sementara Wonwoo terus saja meracau tak jelas, efek alkohol yang banyak di minumnya membuat laki-laki itu setengah sadar.
“Pacarku… kamu pacarku kan?” racau laki-laki itu menunjuk-nunjuk wajah Yerin yang tengah membantu membenarkan posisi tubuh mantan kekasihnya.
Wonwoo menarik tangan Yerin, menciumnya terus-terusan membuat gadis itu kelimpungan sendiri. “Aku minta maafff… maaf ya? maaf… aku salah… tapi jangan putus… aku— aku gak mau rin…” rengek Wonwoo seperti anak kecil.
Kata orang kalo kamu mau mendengar sebuah kalimat jujur, maka lihatlah perkataan orang yang sedang mabuk, disanalah kamu bisa mendengar sebuah kejujuran yang sesungguhnya.
Siapa yang tak terenyuh mendengar kalimat yang baru saja dikatakan oleh seorang Jeon Wonwoo?
Tapi Yerin hanya bisa diam, terlalu mahal untuk Yerin menurunkan gengsinya sendiri. Padahal ia tau jika dirinya sama merasakan tersiksanya bagaimana jauh dari laki-laki dihadapannya.
Melihat Yerin yang hanya diam tak merespon ucapannya, Wonwoo melepaskan genggaman tangannya tadi.
Beralih menutupi wajahnya dengan tangannya sendiri, suara isakan tangis yang ditahan Wonwoo terdengar di daun telinga Yerin. Meskipun samar, gadis itu tau Wonwoo tengah menangis.
Yerin tidak pernah melihat sisi Wonwoo yang sefrustasi ini di depannya sendiri. Sebegitu berharganya kah Yerin untuk seorang Jeon Wonwoo? sampai harus merelakan air matanya menggenang di pelupuk mata rubah miliknya.
Sisi Wonwoo yang di bangun sangat terlihat dingin, cuek, dan tidak romantis justru runtuh ketika sudah berada di depan Yerin.
Nyatanya sisi Wonwoo yang clingy, manja, posesif, penyayang dan romantis hanya ia perlihatkan pada gadis bermarga Jung tersebut.
Yerin hendak beranjak pergi, namun pergerakannya di baca Wonwoo. Kembali tangannya ditahan oleh Wonwoo, “Jangan tinggalin aku…” ucapnya terdengar parau.
“Aku mau ambil air putih buat kamu…” Yerin berusaha melepas genggaman tangan Wonwoo pelan.
“Aku nggak mau air, aku mau kamu… disini…” lagi-lagi sebuah kalimat mujarab berusaha Wonwoo keluarkan untuk meluluh lantahkan kerasnya Yerin yang berusaha memberi batas untuknya sendiri.
“Please… i want you as my special gift for my special day…”
Kali ini Wonwoo pasrah ketika genggaman tangannya kembali Yerin paksa lepas, meskipun lembut Yerin melakukannya.
Tangan Yerin kini beralih pada tangan kanan Wonwoo yang masih menutupi wajah sembabnya.
Wonwoo menurut, membiarkan gadisnya itu melihat wajah memalukannya. Memalukan bagi Wonwoo karena laki-laki itu tak bisa menahan tangisnya.
Yerin menghapus jejak air mata Wonwoo, menatapnya dengan senyum tipis sampai akhirnya gadis itu memeluk erat Wonwoo.
“I’m already yours Jeon Wonwoo…” bisiknya lembut, membuat laki-laki bermagra Jeon itu tertawa tersenyum serta mempererat pelukan keduanya.
“Aku sayang kamu rin…”
“Aku juga nu…”
“Jangan pernah putusin aku lagi…” lirih Wonwoo terdengar sendu mengatakannya.
“Nggak janji” ucap Yerin tidak benar-benar serius mengatakannya.
“Ck, rin…” Wonwoo menangkup pipi Yerin, menatap gadis itu kesal, mencari kebenaran dalam manik cantik mantan kekasihnya itu. Oh, ralat. Resmi sudah menjadi kekasih kembali.
“Bercanda wleee” ledeknya.
“Gak boleh bercandain hal kayak gitu!” protes Wonwoo mencubit pipi Yerin gemas.
“Awwww ishh!!!” Yerin menepuk dada Wonwoo kencang sebagai balasan karena kekasihnya itu mencubit kedua pipi Yerin tanpa izin.
Dengkuran halus menggangu tidur Wonwoo, bukan kesal yang ia perlihatkan sebaliknya Wonwoo tersenyum lembut saat dirinya menatap seorang disamping kanannya yang masih pulas tertidur.
Wonwoo membelai lembut surai hitam pekat kekasihnya, merapihkan beberapa helaian rambut yang menutupi wajah putih susu kekasihnya itu.
Tadi malam merupakan malam yang cukup panjang bagi Yerin dan Wonwoo, dibalik hari special Wonwoo tuhan kembali memberikannya kesempatan untuk memperbaiki hubungannya dengan Yerin.
Tanpa perlu permisi, benda merah muda itu Wonwoo kecup berkali-kali membuat sang emounya terusik.
Yerin melenguh, matanya menyipit belum siap dengan sinar matahari yang masuk menyeruak indera penglihatannya.
Melihatnya, Wonwoo tertawa kecil. Menurut laki-laki itu, gadisnya bisa 10 kali lipat lebih cantik saat bangun tidur.
“Good morning, sayang…” sapa Wonwoo dengan suara khas bangun tidurnya, kembali benda merah muda itu Wonwoo jamah tanpa permisi.
“Morning too…” balas Yerin.
Wonwoo memberikan ekspresi wajah tak suka, membuat Yerin mengerutkan dahinya bingung.
“Kenapa? kok ekspresi kamu gitu?”
“Sayang.” jawabnya singkat, sementara Yerin masih tidak mengerti maksud Wonwoo.
Wonwoo menghela nafasnya berat, “Sayangnya mana?” tagih laki-laki itu.
Yerin tertawa dibuatnya, hal seperti ini yang Yerin maksud. Sisi Wonwoo yang terkadang kelewat clingy yang jarang atau mungkin orang lain tidak pernah tau di balik image coolnya itu Wonwoo ternyata punya sisi yang seperti ini yang hanya di perlihatkannya pada Yerin, kekasihnya.
“Morning too sayangggg~”
Wonwoo tersenyum puas setelah mendengarnya, kembali laki-laki itu menyantap benda merah muda yang kali ini tak ia biarkan hanya di kecupnya. Baiklah, Yerin paham akan berakhir seperti apa kegiatan pagi mereka ini.
Yerin bersyukur, hubungan keduanya kembali diberi kesempatan meskipun berkali-kali Yerin terus menyangkalnya. Pada akhirnya hubungan mereka bukanlah ada di kendali siapa-siapa, dan perlu persetujuan siapa-siapa.
Keduanya adalah sama seperti manusia biasa, yang layak untuk jatuh cinta. Tak peduli seberapa buruk hubungan keduanya di pandang, yang menjadi pemeran utama tetaplah Wonwoo dan Yerin.
“I'd hold you tighter, Closer than ever before.”