Putus?
Arjuna tepat sampai didepan halaman rumah Arin, perasaan berkecamuk menjalar keseluruh tubuhnya. Antara siap tidak siap dengan hal yang akan ia jelaskan pada sang kekasih. Bukan karena Juna takut untuk berkata yang sebenarnya, Juna hanya tidak ingin gadisnya semakin sakit karena dirinya.
Juna hanya tidak sanggup, jika Arin menangis karenanya. Jika itu terjadi, maka janji Juna yang tidak akan membuat dirinya sebagai alasan Arin menangis adalah ingkar.
Juna menekan bel rumah Arin, dan tak butuh waktu lama untuk menunggu Arin membukakan pintu untuknya. Kini laki-laki itu sudah dihadapan sang kekasih, dengan keadaan Arin yang cukup terbilang kacau.
Matanya sembab kemerahan, hidungnya yang juga memerah. Rambut yang digerai Arin pun terlihat lembab dibeberapa bagian karena keringat dari tangisnya yang ternyata belum usai ia tuntaskan selepas pulang dengan Willdan.
Tak ada sepatah kalimat yang terucap dari keduanya, tak juga dengan pelukan hangat yang selalu keduanya lakukan, baik Arin dan Juna sama-sama diam. Arin hanya mempersilahkan laki-laki itu masuk kedalam rumahnya, duduk di ruang tamu dengan atmosfer canggung yang menyeruak diseisi ruangan.
Arin membenci atmosfer seperti ini, “Aku ambilin minum dulu” ucap Arin membuka obrolan.
Juna bahkan tidak sanggup menatap lama kearah kekasihnya. Karena semakin Juna menatapnya, maka perasaan bersalah itu semakin menggerogoti dirinya.
Setelah kembali dari dapur, baik Arin dan Juna masih sibuk dengan pikirannya masing-masing.
“Aku minta maaf…” ucap Juna dengan penuh sesal di wajahnya.
Tangan kanannya berusaha meraih lengan si cantik, namun Arin lebih dulu menarik diri. Membuat Juna memaki dirinya sendiri.
“Aku minta maaf Karin…” ucapnya sekali lagi.
“Untuk semuanya… aku tau, aku udah ngecewain kamu… aku minta maaf…” jelas Juna lagi.
Arin masih diam, berusaha menahan tangisnya agar tidak pecah untuk kesekian kalinya.
“Biar aku jelasin semuanya ya?” ucapnya memastikan.
“Kamu mungkin tau belakangan ini aku banyak ngehindar dari kamu dan jarang ngehubungin kamu… alasannya jelas karena aku benar-benar butuh waktu untuk diri aku sendiri. yang pertama aku minta maaf karena itu… aku egois karena ngga mentingin perasaan kamu juga, padahal kalopun aku bilang ke kamu, aku yakin kamu juga akan ngerti dengan posisi aku…” Juna menjeda kalimatnya, menarik nafasnya berat.
“Singkatnya dalam satu bulan terakhir ini aku memang di pusingin dengan heticnya kerjaan aku. A long story short, at that night aku pergi clubbing sama rekan kantor aku. Ya, aku ngga izin ke kamu, that’s one of my faults. I’m drunk, yang aku inget aku udah bangun dalam keadaan aku tidur dengan wanita itu…”
Pertahanan Arin runtuh, hatinya seolah hancur berkeping-keping saat Juna berusaha menjelaskan semua hal padanya. Perasaan tak terima, marah dan kecewa benar-benar menjalar keseluruh tubuh Arin.
Tangis Arin kembali pecah, dan Arjuna sangat sakit melihatnya.
“I’m sorry,,, i’m sorry please please… ya tuhan aku salah rin… aku benar-benar minta maaf sayang…” Juna mendekatkan diri, tangannya menangkup pipi si cantik.
Sejujurnya Juna tidak sanggup untuk melanjutkan kalimatnya lagi, namun Juna ingin Arin tau semuanya. Bagaimanapun Arin berhak tau.
Sepengecut-pengecutnya Juna, ia tidak ingin semakin menperkeruh keadaan dengan menutupi segalanya dari kekasihnya.
“And yeah, she’s pregnant… dia ngabarin itu ke aku… aku juga hancur ngedenger itu semua rin… aku kecewa dengan diri aku sendiri, aku marah tapi aku bisa apa? bayi yang dia kandung anak aku rin… darah daging aku, meskipun malam itu adalah sebuah kesalahan…”
Tatapan Arin dan Juna bertemu, dengan air mata yang masing-masing membasahi pipi keduanya.
“What about us? about our relationships? and everything that what we had Arjuna…” lirih Arin.
“Aku akan berusaha cari jalan keluar terbaik untuk kita ya? tapi engga dengan putus…” ucap Juna berusaha meyakinkan kekasihnya.
Arin tertawa getir, “Egois kamu…”
“Gimana sama cewek itu? gimana sama bayi yang lagi dia kandung Juna? you’re such a jerk. Kamu ayah dari anak itu…” Arin menepis tangan Juna dari pipinya, menatap nyalang ke arah sang kekasih.
“Let’s break up! as we should Arjuna…” putus Arin.
“Ngga, aku gak mau putus.” tolak Juna.
“Jun please… kasih tau aku, aku harus gimana? menerima kamu dengan keadaan yang seperti ini?” Arin bangkit dari duduknya, mengambil nafas beratnya. Berusaha mengontrol emosi yang ada dalam dirinya.
“Karin please dengerin aku, kamu ngga perlu pusing mikirin bagaimana perempuan itu dan anak yang dia kandung. Itu biar aku yang urus… kamu, aku, kita itu ngga akan merubah apapun…”
Arin tertawa, entah hal lucu apa yang membuatnya tergelitik.
“Sakit kamu!”
Arin pergi ke kamarnya melewati Juna begitu saja. Jujur, Arin tidak mengerti bagaimana cara Juna berpikir seolah tidak akan ada badai yang menimpa hubungan keduanya.
Juna hanya diam memperhatikan langkah kaki cantik kekasihnya menjauh membelakangi dirinya. Arjuna mengerti, pemikirannya memang egois. Tapi Juna juga tidak ingin kehilangan Arin bergitu saja, setelah apa yang banyak mereka lalui.
Juna mengakui kesalahan fatalnya adalah hal yang akan berimbas pada hubungan keduanya. Tapi Juna masih bisa memperbaikinya bukan? Juna masih memiliki kesempatannya bukan?
ps: maafin aku atas broken english yg aku pake, tbh i just want to be more confident to learn english. jadi sekalian belajar dikit dikit sih🥲 maaf kalo ada yang ngerasa gak nyaman bacanya😭🙏🏻