One Night Stand
Suara dentuman musik edm terasa begitu kencang di telinga gadis yang kini terlihat cantik dan kacau di waktu yang bersamaan dengan dress hitamnya.
Arin memutuskan untuk pergi clubbing, meluapkan seluruh beban yang sedari tadi bertangguh di kepalanya. Persetan dengan toleransi alkoholnya yang rendah, Arin jelas ingin bebas dari pikiran kalutnya malam ini.
Beberapa pasang mata meliriknya seakan ingin menerkam dirinya, namun Arin acuh dengan keadaan sekitar bahkan tak menggubris bualan-bualan laki-laki hidung belang.
“Duh kepala gue sakit banget anjir…” keluhnya yang merasakan serangan pusing di kepalanya akibat terlalu banyak meneguk minuman beralkohol itu.
“hai?” sapa seorang laki-laki yang Arin tidak ketahui dari mana datangnya.
Arin tak menggubris sapaan laki-laki tersebut, dirinya memilih meneguk kembali alkohol yang ada di tangan kanannya sampai habis.
Arin memejam untuk beberapa saat, berusaha menahan diri agak kesadarannya tak hilang. Laki-laki yang sempat menyapanya itu kini masih duduk disampingnya berdiam diri, meperhatikan si cantik lekat-lekat.
“Willdan…” ucapnya kembali mengulurkan tangan.
“Ck, Karin.” ucap Arin malas.
“Sendiri aja?” tanya Willdan basa-basi, Willdan sedikit merubah posisi duduknya, yang tadinya menghadap ke depan kini menyamping ke arah gadis yang malam ini cukup menarik di matanya.
“Berdua sama bayangan” jawab Arin asal yang membuat Willdan semakin penasaran dengan dirinya.
“Lo lucu” pujinya sedikit tertawa.
“Makasih tapi gue bukan sule tuh!” Willdan terkekeh mendengarnya sementara Arin semakin malas menanggapi lawan bicaranya, Arin ingin beranjak dari duduknya namun tubuhnya oleng lebih dulu, menyebabkan dirinya jatuh ke pelukan laki-laki asing disampingnya.
Arin langsung buru-buru membenarkan posisinya.
“Hati-hati dong” kata Willdan.
“Sorry deh” ucap Arin dingin.
Melihat respon gadis di depannya yang dingin, membuat Willdan semakin tertantang. Kalo biasanya dia dihadapkan dengan wanita manja jelita lain hal dengan gadis yang belum ada tiga puluh menit ditemuinya. Begitu dingin dan menantang di mata Willdan.
Arin ingin segera pergi dari tempat tersebut, tapi lengannya di tahan oleh laki-laki yang tadi menyebut namanya Willdan?
“Lagi ada masalah?” tanya Willdan yang sukses membuat atensi Arin beralih menatap Willdan.
“Sok tau” ketus Arin.
“Well, terlalu kentara. Keliatan dari muka lo…” ucapnya lagi, membuat Arin semakin merasa tak nyaman dengan kehadiran Willdan.
“Duduk dulu aja, lo bahkan kayaknya ngga bisa berjalan dengan benar. Lo mabuk tuh…” Arin berdecak kesal, merasa diremehkan secara tidak langsung oleh laki-laki bernama Willdan itu. Willdan sendiri melirik ke arah gelas kosong yang ada di depan Arin, laki-laki itu hanya melihat 2 gelas kosong. Yang artinya gadis di depannya ini mungkin bukan pecandu alkohol.
Setelah berdiam bergelut dengan pikirannya Arin menurut, gadis itu kembali terduduk. Tangannya memegangi kepalanya yang makin terasa pusing.
“Lo gak bisa minum alkohol?” tanya Willdan, Arin menggeleng sebagai jawaban.
“Bukan gak bisa, gue cuma ngga bisa kebanyakan…” Suasana berubah mencair, Arin memilih untuk menetralkan rasa mabuknya dengan berbicara pada strangers di depannya.
“Ck, sama aja” Willdan tertawa setelahnya.
“Beda!” protes Arin, Willdan hanya mengangguk mengiyakan.
“Your boyfriend i guess?” ucap Willdan tanpa konteks namun Arin seperti paham kemana arah pembicaraan keduanya.
“Well, my boyfriend cheated on me”
“Sorry to hear that” Willdan menyesap tembakau ke langit langit membuat atensi gadis di sampingnya teralihkan, menatap tak suka ke arah Willdan.
“Gak suka rokok?” tanya Willdan yang entah kenapa Arin merasa laki-laki di depannya peka sekali. Arin mengangguk sebagai jawaban.
Willdan memesan Vodka untuknya pada barista. Setelah minuman miliknya siap, Willdan tak ragu untuk meneguknya.
Arin melirik sekilas ke arah Willdan, “Maniac Alkohol” ucapnya dalam hati.
“Mau coba?” tawar Willdan, namun Arin menggeleng. Willdan tertawa, entah apa alasannya.
“Sedikit aja gak bikin lo tepar kok” ucapnya meyakinkan gadis di depannya. Jangankan Vodka, alkohol yang kadarnya rendah pun Arin rasanya sudah bisa mabuk. Arin sedikit ragu, namun akhirnya gadis itu memberanikan diri meneguk jenis alkohol yang tak pernah ia sentuh itu.
Arin menunjukan ekspresi sebaliknya, jika Willdan tadi seperti terlihat menikmati minuman beralkohol tinggi tersebut. Arin justru heran bagaimana bisa minuman ini disebut sebagai minuman?
“Paittt banget gilaaa! hoekkk…”
“Karena lo ngga terbiasa…” ucap Willdan membuat Arin bergidik ngeri, Arin bersumpah tidak akan menyentuh minuman itu lagi.
Arin semakin hilang konsentrasi, kepalanya semakin sakit setelah meneguk Vodka milik Willdan. Arin merutuki dirinya sendiri yang dengan enteng menantang dirinya sendiri. Bisa mati jika Arin pingsan disini.
Tiba-tiba Arin merasa mellow seketika, bayang-bayang pertengkarannya dengan Juna terlintas dibenak gadis itu. Arin menangis, membuat Willdan sedikit kebingungan, walaupun Willdan tau kalau gadis di depannya ini sudah mabuk.
“Kenapa harus gue sih hiks hiks hikss…•
“Lo jahatt Jun…” lirihnya membuat Willdan tak tega melihat Arin yang sebegitu tersiksanya.
“Lo mau lupain sejenak masalah lo itu gak?” tanya Willdan membuat atensi gadis itu beralih melirik ke arah Willdan seolah meminta jawaban.
“One night stand sama gue…” ucap Willdan.
Arin tak merespon, gadis itu diam, hanya menatap manik Willdan dalam.
Willdan mengikis jarak antara dirinya dan gadis di depannya, tanpa permisi mengecup bibir merah muda milik Arin. Arin membeku seketika, gadis itu diam namun tidak mampu berbuat apa-apa. Merasa Willdan diberi lampu hijau, Willdan tak membiarkan kesempatan itu lewat begitu saja. Willdan bermain disana menjelajah setiap inci bibir gadis di depannya ini. Sebelum semakin larut dalam permainan Willdan lebih dulu mengakhirinya.
“Apart gue 10 menitan dari sini” Arin tidak memberi respon apa-apa, dan bagi Willdan itu tetap sinyal untuknya. Willdan menarik pinggang Arin agar mendekat dengannya. Keduanya berjalan meninggalkan club malam tersebut.
Sebelum benar-benar Willdan pergi, laki-laki itu melirik ke arah segerombolan pemuda yang sangat dikenalnya. Memberi kedipan serta senyum smirk, kode bahwa laki-laki itu menang dalam challenge sampah temannya.
“Wah gila si Willdan!” seru Dipta menggeleng takjub.
“Salah lo nantangin dia mah” sambung Chandra
“Dosa ditanggung lo pada deh” ujar Hasan geleng-geleng, membuat yang lain larut dalam tawa.