First Date?

Perjalanan keduanya sampai di tempat yang memang sudah menjadi tujuan. Meskipun sepanjang perjalanan baik Willdan dan Arin lebih banyak diam dan hanya menikmati setiap perjalanan dengan hening, tetapi tetap terasa menyenangkan untuk keduanya.

Arin terus mengukir senyum tipisnya, di hamparan pasir putih serta angin yang bertiup menghantam dirinya, Arin terus memancarkan betapa senangnya ia hari ini.

Melupakan sejenak beban yang ada di dalam dirinya serta persoalan dirinya dengan sang kekasih.

Senyum gadis itu menular pada laki-laki yang kini lekat memandang Arin dari dalam sana. Mengambil beberapa gambar si cantik untuk dia abadikan.

Willdan merasakan getaran itu lagi, getaran yang sebelumnya belum pernah ia rasakan pada puluhan gadis yang sudah di kencaninya. Rasanya aneh, seperti ini adalah kali pertama Willdan merasakan gugup saat berada di dekat seorang wanita.

Arin mengabadikan pemandangan di depannya, tak lupa pamer dan membuat iri para sahabatnya. Gadis itu bangga karena membolos.

Arin tersipu, entah karena hal apa yang membuat pipi gadis itu merona sesaat dan cepat-cepat Arin menetralisirkan itu semua. “Lo fotoin gue diem-diem yaaa?!!” ucap Arin sedikit berteriak menghadap Willdan yang masih terduduk di dalam mobil.

Willdan mengerutkan dahinya, suara gadis di depannya sedikit samar bertabrakan dengan ombak di pantai.

“Ck!” desis Arin yang kemudian sedikit mendekatkan dirinya ke kaca mobil Willdan.

“Lo fotoin gue diem-diem, itu melanggar hak privacy tau!” oceh Arin, namun itu justru membuat Willdan merasa gemas sendiri.

“Stalking twitter gue?” tanya Willdan.

“Dih pede! kan kita mutualan” kilah si cantik.

“Lo bahkan gak ngefollback gue”

Seketika Arin dibuat membeku, wajah jutek yang dipasangnya berubah menahan malu. Arin sedikit menggigit bibir bawahnya. Otaknya berputar mencari alasan yang tepat untuk mematahkan kalimat Willdan barusan namun nihil, alias gadis itu buntu seada-adanya.

Willdan akhirnya turun dari mobil, akan sayang jika dia hanya berdiam diri memandang gadis itu dari kejauhan. Kedua manik cantik Arin mengekori setiap pergerakan Willdan, sampai laki-laki itu kini tepat berdiri disampingnya.

“Mau jalan-jalan sebentar gak?” tanya Willdan sekaligus ajakan kepada Arin.

Arin mengangguk kecil sebagai jawaban dan mengambil langkah lebih dulu dari Willdan. Willdan tersenyum tipis dibuatnya.

“Gue boleh tanya?” ucap Willdan memecah keheningan diantaranya.

Arin mengerutkan dahinya, memproses kalimat Willdan barusan, seolah menimang-nimang.

“Apa?” jawab gadis itu singkat.

“Kenapa masih bertahan?” tanya Willdan.

Arin menggeleng, “Gue nggak ngerti maksud pertanyaan lo…” kilahnya.

“Hubungan lo…” ucap Willdan memperjelas pertanyaannya.

“It’s not as simple as you seems, hubungan yang gue bangun gak sebercanda itu…” katanya membuang pandangannya ke arah laut biru.

“Well, but cheaters always be a cheater right? lo tau itu kan?”

Arin menarik nafasnya sesaat, “… but people change.”

Willdan mengangguk mengerti, sudut bibirnya terangkat.

“Gue mau pulang…” ucap Arin tiba-tiba moodnya berantakan.

“Yakin? kita masih punya banyak waktu loh…” kata Willdan melirik arloji di tangan kirinya.

“Gue mau pulang.” tegasnya berjalan meninggalkan Willdan disana. Tentu Willdan tak tinggal diam, langkah kaki laki-laki itu mengekori langkah si cantik.

Drrtt drrrttt

Sebuah notifikasi masuk dari ponsel Arin.

💬 willdan 2m ago 📷 Photo