Boys Talk
Laki-laki dengan balutan jaket hitam melenggang memasuki area apartement yang sudah sering ia lalu lalangi. Beberapa resepsionist cantik terlihat menyapa Dipta, laki-laki yang sudah tidak asing lagi mungkin bagi staff-staff disana khususnya perempuan.
Dipta tentu tak menyia-nyiakan moment dimana ia menebarkan pesonanya dengan senyum khas miliknya, mengibaskan sedikit rambutnya dan berjalan bak model terkenal.
Kalo aja Chandra ada disampingnya sekarang, sudah pasti Dipta kena geplak.
Sembari menunggu pintu lift terbuka Dipta bersenandung dengan siulannya. Tak lama kemudian pintu lift terbuka, Dipta langsung menekan tombol lantai tujuannya.
Hening, atmosfer yang memang biasa tiap menaiki lift. Matanya yang tajam hanya menangkap sepasang kekasih yang mungkin dari perawakannya memiliki usia yang tak jauh dengannya. Serta petugas kebersihan yang membawa beberapa alat kebersihan.
Ya, Dipta sih nggak gitu peduli dengan keadaan sekitarnya.
Sampai di lantai 19, dimana apartement sang cees kentelnya berada. Nggak butuh waktu lama untuk nunggu Willdan membukakan pintu untuknya.
Dengan langkah jenjangnya Dipta memasuki apartement Willdan, menghantamkan tubuhnya ke sofa empuk milik Willdan. Dihadapannya sudah tersedia banyak cemilan dan sang pemeran utama tentunya, tidak lain ‘Wine’ yang sudah dijanjikan Willdan.
“Loh baru gue yang nyampe?” tanya Dipta dengan kedua tangannya yang aktif membuka scrup botol Wine di tangan kanannya.
Willdan hanya menggedikan kedua bahunya tak tau, dihembuskannya asap rokok yang disesapnya ke langit-langit.
“Tumben lo, tengah malem gini. ada apaan?” tanya Dipta membuka obrolan.
Willdan hanya meresponnya dengan senyum tipis, yang Dipta sendiri nggak tau maksud dari senyum laki-laki di depannya.
“Emang harus ada apa-apa kalo gue manggil lo pada?” Willdan balik bertanya.
“Ya, nggak sih…” Dipta menerima rokok dari tangan Willdan, tangan kanannya langsung sibuk mamantikan korek api untuk membakar tembakau tersebut.
Tak lama datang Chandra, Hasan dan Fahtten bersamaan. Sudah pasti Chandra beneran ngejemput Hasan dan Fahtten dulu sebelum ke apartement Willdan.
“Allah…” kalimat pembuka dari Hasan, ya iya, dia datang langsung disambut dengan yang harom-harom di depannya.
Yang lain sih hanya menyimpulkan gelak tawa.
“Cimory gue mana?” tagih Hasan, sebelum dia khilaf dengan hal-hal yang memabukan di depannya. Stay halal brother, begitu kiranya yang Hasan selalu terapkan di tengah-tengah pertemanannya dengan para titisan syeiton.
Willdan meberikan gestur tubuh menunjuk ke arah pendingin di sudut ruangan apartementnya.
“Jadi gimana?“ tanya Chandra tanpa konteks pada Willdan, yang Willdan tangkap ya tentang bagaimana dia dengan gadis yang tak sengaja ditemuinya.
“Gue gak sengaja ketemu dia…” ucap Willdan membuka obrolannya, tak lupa dengan satu tegukan Wine miliknya.
Malam ini Hasan yakin teman-temannya akan jadi beban untuknya.
“Terus??” Fahtten menyelam dalam pembicaraan.
“Gak sengaja ketemu di kedai kopi langganan gue, doi lagi nungguin orang which is cowoknya. Si cowok nggak dateng…” jelasnya panjang lebar.
“Wow, glad to hear that…” sambung Chandra yang seolah mengerti itu merupakan hal yang bagus untuk sahabatnya.
“Kok bagus sih? kasian lah anjir orang mah!” kata Hasan sembari menyedot cimory blueberrynya.
“Lo bisa diem aja gak?” omel Dipta.
“Nggak.” jawab Hasan gak kalah galak.
“Lo ajak ngobrol?” tanya Fahtten yang langsung diangguki Willdan.
“Gue ajak ngobrol, gue anter balik.” katanya bangga.
“Kok mau sih tu cewek?” bingung Chandra.
“Murahan berarti” celetuk Dipta yang langsung dapet lemparan bantal sofa, tepat di wajah glowingnya.
“Wess galak aja si bapak” Dipta tertawa menanggapi.
“Pas pulang gak sengaja ngegep cowoknya jalan sama cewek lain” Willdan menegguk Wine gelas ketiganya.
“Berantem dong?” tanya Hasan serius.
Willdan menggeleng, “Nggak ke kejar, kalo ke kejar mungkin iya.”
Hasan ber-oh ria setelah mendengar jawaban dari Willdan.
“Apasih yang buat lo tertarik banget sama itu cewek? gue liat nothing special tuh, sama aja kayak cewek lainnya…” ujar Dipta yang masih heran dengan Willdan.
“Ya emang nggak special special banget, tapi intinya gue tertarik dan suka.” tegas Willdan.
Dipta menghela nafasnya, melirik ke arah teman-temannya seolah sedang telepatih satu dengan yang lainnya. “Ya sama aja berarti kayak cewek-cewek lo sebelumnya, kemungkinan bakal jadi korban putus lo yang kesekian kalinya kan…”
Willdan tertawa, dia tidak bisa menjamin hal itu tidak akan terjadi tetapi agaknya kali ini dia ingin mengusahakannya jauh lebih baik dari sebelumnya.
“Btw, kindly reminder aja buat lo semua, tolong ya besok kita ada rapat pagi, jangan minum banyak-banyak brengsek!!” protes Hasan yang was-was ngeliat 2 botol Wine sudah kosong, berganti dengan botol wine baru lainnya.
“Yailah san kaku bener, lupa lo yang punya wilayan siape, ck!” ucap Fahtten yang langsung mengarahkan pandangannya pada Willdan.
“Semerdeka lo pada aja dah” pasrah laki-laki pecinta cimory itu.
Chandra membuka lebar balkon apartement Willdan, membiarkan udara malam hari menggerogoti seisi ruangan. Menghembuskan lepas tembakau yang dihisapnya. Chandra teringat sesuatu, hal yang kebetulan ingin ditanyakannya langsung.
“Oh iya, gue denger golden investor yang lo bilang bakal kerja sama dengan kantor kita nggak jadi? bener gak tuh?” tanyanya.
Seketika Willdan menghentikan aktifitas minumnya, “Kata siapa? Willdan malah balik bertanya.
Chandra kembali menyesap rokok tembakau miliknya, sudut bibirnya terangkat miring. Hal yang selalu membuat Chandra kesal dengan temannya itu adalah ketika pertanyaan dibalas dengan pertanyaan.
Melihat ekspresi Chandra yang sedikit bete membuat yang lain menyuarakan gelak tawa termasuk Willdan.
“Pasti jadi, gue cuma butuh atur waktu beberapa kali buat ketemu lagi dengan beliau.” ucap Willdan.
“Pede lo begitu?” cerca Hasan.
“Ofc, Kavitalan J” ucap Willdan angkuh menggulurkan tangannya pada Hasan.
Hasan menjabat tangan Willdan dengan sedikit geli.
“Iye dah Kavitalan J” katanya sedikit meledek.
“J nya apasih?” tanya Hasan serius tidak tau, sedari dulu sejak mereka semua berteman memang tidak ada yang tau J nama belakang Willdan itu memiliki kepanjangan apa.
“Jontor mungkin” celetuk Fahtten tertawa.
“Bangke jontor ahahaha” Dipta ikut tertawa.
“Jailangkung juga bisa” Chandra ikut menistakan.
“Serem dong anjing hahahaha”
“Janda bolong bisa juga ahahahaha” ucap Fahtten menambahkan lagi.
Yang dinistakan sih diem aja sambil senyum-senyum tipis. Mereka gak tau seberapa berpengaruhnya huruf J ada di akhiran namanya. Gak berpengaruh apa-apasih, biar keren aja hahaha~